Selasa, 16 September 2014


Solilokui Bunga Kemboja



Diriku sekuntum bunga Kemboja. Kelopak-kelopakku merah kesumba sewarna gincu wanita yang kerap memandikanku sekali seminggu.
Wujud rupaku menyerupai genta. Walaupun kami lebih identik sebagai bunga kuburan, tetapi oleh wanita yang memeliharaku, aku tumbuh di dalam sebuah pot cantik di teras depan rumahnya. Dari tempatku berada, aku biasa menatap bentangan langit malam yang berhamburan bebintangan.
Benda-benda angkasa yang terang benderang itu selalu mengingatkanku pada seseorang. Seseorang yang benarlah nyata, tetapi lebih tampak seperti fatamorgana. Aku selalu memandanginya tatkala ia sedang memandikan mobil kesayangannya dari dalam garasi.
Lelaki itu adalah anak sulung wanita yang warna gincunya sewarna diriku. Sempat kedengkian menghinggapiku melihat betapa kedekatan kedua manusia berbeda kodrat itu, sampai kudengar si lelaki menyapa wanita bergincu kesumba itu dengan panggilan ibu.
Dari wajah dan rekah senyumnya tahulah aku betapa kebaikan hatinya seperti kebanyakan manusia penghuni rumah ini. Dari caranya memperlakukan mobil kesayangannya, tahulah aku betapa ia tak pernah pilih kasih terhadap benda mati ataupun benda hidup.
Sampai detik ini aku masih memendam rasa cemburu terhadap benda mati bernama mobil itu. Setiap hari kulihat lelaki itu menumpanginya manakala hendak menuju suatu tempat yang tak pernah kuketahui juntrungannya.
Tiap kali ia kembali hari telah merangkak malam. Raut wajah dan bahasa tubuhnya memberitahuku bahwa ia kelelahan. Tetapi keesokan pagi ia akan mengulangi kebiasaan yang sama, sampai lantas kuhafal luar kepala pola kegiatannya meskipun sebatas teras dan garasi itu saja.
Sesekali kulihat ia pulang dengan mengajak beberapa orang lelaki seusia dirinya. Tak jarang terdapat satu atau dua orang perempuan di antara mereka. Percakapan yang diiringi tawa berlangsung tatkala mereka melintasi teras depan sebelum mencapai ruang tamu.
Betapa beruntung menjadi manusia lelaki dan perempuan yang dekat dengan lelaki itu, walaupun bagiku tetap tiada yang lebih beruntung daripada mobil yang selalu ia tumpangi. Tak jarang mereka berkumpul di kursi teras sembari bercakap ditemani penganan dan secangkir teh.
”Coba lihat. Kembang Kemboja itu seperti sedang menatap kita.” kata perempuan yang telunjuknya menunding ke arahku. Lantas seorang lelaki bertubuh ceking berjalan melintasi teras sambil menggenggam spidol di satu tangannya.
”Kamu mau apa?” tanya si lelaki, menyela langkah temannya.
”Aku mau bikin mata pada kedua kelopak Kemboja itu supaya kelihatan kalau dia benar-benar menatap kita.”
“Hey, itu Kemboja kesayangan Ibuku.”
Itulah hari pertama ia membelaku di depan teman-temannya. Kelopak-kelopakku mekar dan warnaku kian merona. Tetapi selain hari itu, lelaki itu tak pernah memperhatikan diriku secara khusus. Keindahanku hanya berlaku di depan mata para wanita sebab mereka lebih dapat menghargai keindahan. Bagi lelaki itu dan teman-temannya, aku tiada berbeda dari pot tempat tubuhku bertumbuh. Rasa kecewa yang hinggap dalam diriku semakin besar tiap kali lelaki itu lewat tanpa pernah sempatkan melirikku barang sekejap.
Betapa keindahan ini seperti tak berarti tanpa dihargai oleh lelaki yang kucintai. Atas kesadaran itu, suatu hari aku berhenti membuat diriku mekar, tak peduli berapa kali dalam seminggu wanita bergincu itu memandikanku dan memberiku pupuk untuk meningkatkan kualitas tanah di dalam potku, usahanya tetap tak bisa membantu. Aku telah kehilangan minat terhadap kehidupan.
Masa itu berlangsung berminggu-minggu lamanya. Rona pada kelopak-kelopak bungaku pudar. Wanita itu kini tak bergincu lagi. Wajahnya tampak selisut diriku yang tak mau mekar barang serecup saja. Seluruh bunga Kemboja di teras rumahnya turut merasakan dukaku. Mereka lantas putuskan tak mau mekar selama dukaku belum teratasi. Raut wajah sebam dan sepasang mata tanpa binar cahaya menatap iba kepada kami.
Belakangan lelaki itu pun tampak bermuram durja. Tiap kali melintasi teras menuju garasi ia tak lagi memutar-mutar seronce anak kunci di ujung telunjuknya sambil bersiulan. Jangan-jangan sesuatu terjadi pada mobil kesayangannya. Tetapi kepada seorang teman kudengar ia memberi tahu bahwa kesedihannya disebabkan oleh sikap murung ibunya.
Wanita yang telah malang melintang di dunia botani itu mendandak merasa dirinya tak becus mengurusi tetumbuhan di teras depan rumahnya sehingga nyaris seluruh Kemboja kesayangannya mati. Daun-daun meluruh nyaris tanpa bersisa, kelopak-kelopak bunga mengatup seperti gadis-gadis remaja yang merajuk.
Sumber terdalam kesedihan lelaki itu adalah keputusan sang ibu untuk menyerah dari hobinya bercocok tanam, hal mana yang menjadi satu-satunya hiburan di masa menjelang pensiun. Melihat kenyataan itu, yakinlah aku bahwa si lelaki lebih menyayangi sang ibu daripada benda mati yang ia mandikan setiap pagi, walaupun tampak ia lebih besar menaruh perhatian padanya. Tetapi ia tetaplah lebih mencintai perempuan yang mencintai diriku dan bunga-bunga Kemboja yang lain, bagaikan kami ini anak-anaknya sendiri.
Pagi hari adalah waktu terbaik bagi setiap bunga. Titik-titik embun menyaput sekujur kelopak yang baru separuh merecup. Kami lebur bersama gigil pagi. Tetapi pagi itu aku merekah mendahului yang lainnya. Kelopak-kelopakku bahkan mekar lebih lebar daripada biasanya. Dengan tak sabaran aku menantikan pintu depan di ujung teras itu dibuka untuk pertama kali.
Pada setiap pagi yang telah kulalui di teras rumah ini, wanita berginculah yang selalu membuka pintu depan untuk pertama kali bersama alat penyiram tanaman di tangannya, dengan bekal semangat berniat memberi kami makan. Minggu-minggu terakhir betapa pemandangan itu tak pernah tampak lagi, tetapi kujamin pagi ini keputusanku menjadi mekar kembali dapat mengembalikan semangat yang sempat redup wanita bergincu itu.
Matahari sudah setengah perjalanan melakukan patrol. Sinarnya menyapuh tiap lembar daun dan kelopak bunga kami. Siang hari menjelang. Aku gelisah menunggu pintu itu dibuka oleh si wanita bergincu. Akhirnya daun pintu terbuka, tetapi yang tampak olehku pertama kali adalah dia, lelaki itu! Kaus oblong yang membalut tubuhnya nyaris sewarna kelopak-kelopak bungaku. Ia berjalan gontai. Aku terus mengawasi wajah tampan lelaki itu. Sesuatu dalam diriku berdebar keras, sehingga menyebabkan kelopak-kelopakku bergoyang.
Tak kuduga gerakanku memancing lelaki itu menoleh. Matanya melebar pada detik pertama ia menatapku. Kutunggu lelaki itu menghampiriku, tetapi tubuh itu berbalik menuju pintu, berlari sepanjang ruangan. Kurang dari satu menit kemudian, lelaki itu muncul lagi bersama wanita bergincu yang masih belum lagi bergincu. Mata wanita itu melebar sambil mulutnya menganga. Perlahan ia melangkah menghampiri pot-pot berisi Kemboja sepanjang tepian teras, menyapuhkan tangannya di atas kelopak-kelopak kami secara bergantian.
”Bunga-bunga itu tak ingin berlama-lama melihat kesedihan ibu.” Lelaki itu berkata. Sebutir air susul menetes jatuh dari sudut mata wanita itu. Keterkejutan di wajahnya berubah haru atau apa pun itu yang sukar kujelaskan. Pelan bahunya lantas bergetar sebelum isak tangis menguasainya. Lelaki itu mendekap tubuh ibunya, merapatkan kepala pada bidang dadanya.
”Mungkin ini karena pupuk yang ibu beri waktu itu.” kata wanita itu.
”Mungkin karena ibu tak pernah berhenti mencintai mereka,” lelaki itu lebih yakin dengan pendapatnya. Mungkin baginya, kebahagiaan sang ibu membawa dua kali lipat kebahagiaan bagi dirinya, tetapi bagiku, betapa kebahagiaannya membawa berlipat-lipat kebahagiaan bagi diriku.
Aku mulai dapat memaknai diriku lebih dari sewujud bentuk yang menyerupai genta dan merah kesumba kelopak-kelopakku. Keindahan barulah bermakna ketika ia dapat bermanfaat bagi makhluk lain tak terkecuali manusia, terutama bagi wanita bergincu yang betapa kesedihannya adalah beban bagi anak laki-laki sulungnya.
Wanita bergincu itu kembali memoles bibirnya dengan gincu merah kesumba sewarna kelopak-kelopakku. Duka si lelaki kini lesap bersama duka sang ibu. Mulailah pola kegiatannya berjalan seperti biasa dengan semangat yang tak biasa.
Malam hari mobil kesayangannya memasuki garasi. Sesuatu dalam diriku berdebar keras menunggu sosok lelaki itu terlihat. Pintu kemudi terbuka, menyusul dirinya berjalan keluar mengitar mobil. Di luar kebiasaan ia membuka pintu di samping jok penumpang. Tampaklah seorang wanita berambut panjang ikal mayang, berdiri di sampingnya.
Kulihat wajah si lelaki sumringah tatkala menuntun perempuan itu berjalan melintasi teras. Tangan keduanya saling menggenggam. Di tengah teras mereka berhenti. Perempuan itu menunduk sambil menggigit bibir. Tangannya meremas tangan lelaki yang menggenggamnya. Kudengar ia mengeluh cemas.
”Tidak apa-apa, tidak apa-apa,” Lelaki itu berusaha menenangkan. Sehembus angin menyebabkan desir dedaunan yang saling menggesek. Dua helai daunku melayang jatuh, disambut lembab tanah. Tetes-tetes getah berjatuhan dari ujung lengan tempat pangkal daunku barusan jatuh. Sebelum malam ini angin sekencang apa pun tak dapat menyebabkan daun-daunku luruh. Melihat keadaannya sekarang, aku ragu bahwa anginlah benar penyebabnya. Siapakah yang patut kusalahkan di antara si lelaki dan perempuan berambut panjang ikal mayang? Barangkali takdirku sendiri karena tercipta hanya sebagai sekuntum bunga Kemboja.
Lelaki itu berjalan menujuku. Perempuan berambut panjang ikal mayang itu tetap terpaku di tengah teras, memperhatikan gelagat si lelaki. Tangan lelaki itu terangkat menuju sepal tempat melekatnya kelopak-kelopakku. Detik pertama ia menyentuhku, ia membawa serta seluruh kesadaranku dari lengan cabang tempat aku tertancap seorang diri. Betapapun, aku hanyalah sekuntum bunga Kemboja. Hidupku berakhir di ujung jemari lelaki yang kuncintai, yang dengan wajah direkah senyuman membawaku kepada perempuan berambut panjang ikal mayang yang tengah cemas menantinya di tengah teras.
Diselipkannya diriku di ujung pangkal telinga sang kekasih. Dari sana aku dapat menatap wajahnya lebih jelas dari yang sudah-sudah. Ia tersenyum menatap diriku di ujung pangkal telinga kekasihnya, bening matanya memantulkan seraut wajah perempuan yang balas tersenyum.
Aku sekarat. Perempuan itu luput merasakan getahku yang bertetesan di antara helai-helai rambutnya.
”Kamu tidak apa-apa sekarang?” lelaki itu bertanya.
Perempuan itu mengangguk pelan. Mereka lantas berjalan menuju pintu masih dengan kedua tangan saling menggenggam. Di ambang pintu lelaki itu memindahkan diriku dari celah di antara kuping kekasihnya ke dalam kantong depan kemejanya. Dari sana, aku dapat mendengar detak jantungnya yang bagaikan menghitung detik-detik kematianku.
”Jangan sampai dilihat ibu bunga Kembojanya dipetik,” samar-samar suaranya terdengar. Getahku berhenti menetes. Walaupun aku masih memendam perasaanku terhadap dirinya, kini yang terpenting adalah memberikan kepada orang yang kucintai sesuatu hal yang dapat mendatangkan kebahagiaan bagi dirinya. Seandainya aku tercipta sebagai seorang manusia tentulah aku dapat belajar lebih banyak tentang cinta daripada yang dapat terpahami oleh sekuntum bunga Kemboja.

Jumat, 05 September 2014

BADMINTON IS MY LIFE: KATA AHSAN


Mohammad Ahsan Kecil dan Bulutangkis
Mohammad Ahsan lahir di Palembang, Sumatera Selatan pada tanggal 9 Juli 1987. Orang tua Mohammad Ahsan yaitu bapak Tumin Atmadi dan Ibu Siti Rohanah memberikan nama Mohammad Ahsan. Kata Mohammad berarti Terpuji dan Ahsan merupakan bentuk lain dari Ihsan yang berarti baik, Orang yang paling utama, Lebih baik, superior. Nama Mohammad Ahsan ini adalah sebuah Doa dimana OM ahsan diharapkan akan menajdi seorang anak yang terpuji, paling utama dan paling superior. Doa inilah yang kelak ia buktikan saat ini kala ia berhasil  mengharumkan nama bangsa di mata dunia. Anak bungsu dari 3 bersaudara ini memiliki dua orang kakak yaitu Nisa Tartiela dan M. Askyuru.
Usia 7 tahun merupakan awal mula persentuhan lelaki yang senang bermain sepakbola diwaktu luang ini dengan Bulutangkis. Alasan dipilihnya Bulutangkis ini karena sangat menyenangkan dan kesukaannya terhadap olahraga ini. Mungkin karena itulah, pemilik tinggi badan 173 Cm ini akhirnya melabuhkan mimpinya untuk jadi pemain bulutangkis terkenal dengan masuk menjadi pemain di PB Djarum. PB Djarum adalah sebuah klub bulutangkis besar yang sudah melahirkan banyak pemain-pemain dunia dari Indonesia.
Mohammad Ahsan Remaja, Pelatnas, Bona Septano Dan Hendra Setiawan
Tak perlu waktu lama untuk bisa masuk ke jajaran bintang-bintang bulutangkis dunia. Berkat kerja, keras, ketekunan dan motivasi tinggi, pemain yang memiliki smash yang sangat keras dan tajam ini akhirnya berhasil menembus pelatnas pada tahun 2006. Pemain yang latihan 6 kali seminggu dan dalam sehari bisa latihan dua sesi ini memang tidak pernah mengenal kata menyerah dan selalu ingin berkembang.
Tahun 2008, ia mulai turun dengan pasangan pelatnasnya yaitu Bona Septano ke kejuaraan kejuaraan yang diselenggrakan oleh BWF. Hasilnya, tahun 2009 untuk pertama kalinya, kedua pasangan muda yang diharapkan menjadi pelapis bagi ganda putra yang saat itu sedang Berjaya yaitu Hendra Setiawan dan Markis Kido mulai berbicara banyak di level dunia ketika berhasil menjadi juara di salah satu kejuaraan Grand Prix Gold yang dilangsungkan di Filipina.
Beberapa gelar kejuaraan berhasil mereka raih dalam kurun waktu rentang kebersamaan keduanya pada medio 2008-2012. Rangking tertinggi juga ia dapatkan bersama Bona Septano sebagai pemain No.5 Dunia. Hasil ini didapatkan dari beberapa kemenangan yang mereka raih. Berikut listnya:
2008: Runner – Up Yonex Japan Super Series 2008
2009 : Juara Bingo Bonanza Philippine Grand Prix Gold 2009
2010 : Juara Vietnam Grand Prix 2010; Juara Indonesia Grand Prix Gold 2010
2011 : Runner – Up Yonex Open Japan; Juara Bankaltim Indonesia Open Gp Gold 2011; Juara Sea Games 2011
Mohammad Ahsan Dan Hendra Setiawan || KompasMohammad Ahsan Dan Hendra Setiawan || Kompas
Mohammad Ahsan Dan Hendra Setiawan || Kompas
Sayangnya kebersamaan keduanya berakhir setelah 4 tahun berjalan karena prestasi yang boleh dibilang cukup seret di tahun 2012. Faktor komunikasi di lapangan juga menjadi cerita lain keduanya saat tampil di Olimpiade London 2012. Digadang-gandang bisa menjaga tradisi emas Indonesia, keduanya gagal total setelah kalah dari Bodin Issaara dan Maneepong Jongjit dengan kekalahan dua set langsung 21-11 dan 21-16 di babak penyisihan group dan kalah dari Lee Yong dae dan Jung Jae Sung di babak berikutnya dengan skor relative sama 21-12 dan 21-16.
Mereka akhirnya resmi dipisah tahun lalu dan mulai dipasangan dengan pasangan baru. Hendra Setiawan dipilih menjadi pasangan terbaru Muhammad Ahsan sedangkan Bona Septano  beralih Ke Afiat Yuris Wirawan.
Dengan pasangan barunya, Mohammad Ahsan dan Hendra Setiawan sudah mulai berburu gelar kejuaraan-kejuaraan besar dunia. Mulai dipasangkan pada bulan Oktober menyongsong kejuaraan Yonex Denmark Open Super Series Premiere tahun 2012. Mereka berhasil menembus semi final. Ini merupakn suatu prestasi besar bagi pemain yang baru saja dipasangkan.
Mereka terus mengikuti berbagai turnamen super series sepanjang tahun 2012. Setelah menunggu melewati 3 kejuaraan super series tanpa juara yaitu Yonex French Open 2012, Yonex Sunrise Hongkong Open 2012, dan Victor Korea Open 2013, Mereka akhirnya memastikan diri menjaid juara di MAybank Malaysia Open 2013 saat mengalahkan Lee Yong Dae dan Ko Sung Hyun. Ini merupakan gelar pertama setelah beberapa bulan berpasangan.
Prestasi keduanya semakin berkibar ketika mampu lolos ke babak semifinal Yonex All England tahun 2013. Mereka sebenarnya bisa tampil ke babak final andai tak kehilangan konsentrasi bermain pada set ketiga saat melawan pemain China Liu Xiaolong dan Zihan Qiu. Perburuan gelar kemudian berlanjut di Yonex Australia Open 2013, Turnamen berkelas  Grand Prix Gold ini hamper saja mereka menangkan andai Ryan Agung Saputra dan Angga Pratam tidak menjegal keduanya di babak final.
Prestasi puncak Muhammad Ahsan di tahun 2013 adalah ketika mereka berhasil menjadi jawara di babak final Djarum Indonesia Open 2013 beberapa hari yang lalu saat mengalahkan musuh bebuyutannya Lee Yong Dae dan Ko Sung Hyun di depan public Istora. Publik istora pun bersorak sorai karena ini merupakan satu-satunya gelar yang didapat Indonesia pada gelaran di rumah sendiri.
Mohammad Ahsan Dan Kehidupan Pribadi
Mohammad Ahsan Dan Christine Novitania || Twitter Istri Mohammad Ahsan
Mohammad Ahsan selain menjadis eorang pebulutangkis yang sukses di masa ini, beliau juga adalah seorang manusia biasa. Di balik smash-smashnya yang keras, pemain yang spesialis di nomer ganda putra ini juga merupakan calon ayah. Mohammad Ahsan menikahi pujaan hatinya Christine Novitania 24 Maret tahun 2013 beberapa bulan yang lalu. Berbeda hobi, keduanya akhirnya bertemu dipelaminan. Ahsan yang hobi bulutangkis bertemu dengan Christine Novitania yang hobi basket. Beda hobi bukan jadi batu sandungan keduanya untuk menjadi sepasang suami Istri.
Saat ini, Istri Mohammad Ahsan sedang mengandung Ahsan Junior. Dan gelar di raih si calon bapak pada Djarum Indonesia Open 2013 dinisbatkan buat si jabang bayi.
Yuk ah yg gak sabar liat fotonya Ahsan aku Share yaa <3 :) :)


 


 this so cool man ;;)






yg ini sama ganda campuran pasangan pertamanaya, Bona Septano..


ini baru sama kukuh Hendra, seperti yg kita tahu sampai saat ini mereka 1st world ranking, wow, so great! :)
 


yg ini ada gebetanku si tampan Lee Yong Dae, biar makin bergairah bacanya,oh no, melting, melting, saranghae Lee, saranghaeee <3~
 
 

ini dia pebulutangkis pebulutangkis kebanggan Indonesia, dgn segala prestasinya telah mengharumkan nama Indonesia, keep spirit, proud of they, kalian telah membuktikan, Indonesia bisa!!!



 


Satu hal yang patut dicontoh dari seorang Mohammad Ahsan bahwa meskipun ia menjadi atlet sukses dan super sibuk dengan jadwal latihan yang lumayan padat. Ia tak pernah lupa dengan pendidikan. Tahu bahwa selamanya ia tidak akan menajdi atlet. Anak asuh dari Herry Iman Pierngadi ini berhasil menyelesaikan studi sarjananya di bidang ilmu ekonomi. Hebat gak tuh, karir jalan, pendidikan lanjut, ayah sebentar lagi. Semoga berkah si jabang bayi menjadi motivasi untuk jadi juara dunia dan juara olimpiade seperti yang dicita-citakan. Amien
And, then, the last, apapun yg terjadi aku selalu padamu Ahsan, eaaaaa :D
 jangan pernah tinggi hati dengan apa yg telah kamu capai saat ini, teruslah berjuang & berdoa!!!
 
U'll never walk alone,everybody is support u,pray of u,stand n defend u,especially me,anyone,however u always to be a winner ♧ (unname twitter Ahsan), WE ALWAYS LOVEYOU ;;) <3<3<3